SMA Negeri 1 Omben Kab. Sampang

Bermain-main dengan Fisika;

Pemanasan Global

oleh: Hidayat Raharja*

Perhatikan rombongan burung bangau yang terbang di udara terbuka, dapat dipastikan kawanan burung tersebut terbang dengan komposisi seperti huruf V. Ada satu burung bangau menjadi pemimpin rombongan paling depan. Burung tersebut bukan hanya sekadar memimpin rombongan, menghemat energi, mereka akan mendapatkan daya tahan penerbangan dengan membuat pusaran angin memecah hambatan udara di sekitarnya. Burung paling ujung depan bertugas mengurangi tekanan udara.

Posisi terbang dengan formasi huruf V memudahkan untuk melacak setiap burung dalam kawanannya membantu komunikasi dan koordinasi dalam kelompok. Komunikasi yang memudahkan di antara mereka sehingga apabila burung yang ada di barisan paling depan lelah akan mundur ke belakang dan digantikan burung yang ada di bagian paling belakang.

Sebuah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang sering luput dalam perhatian kita dalam pelajaran fisika ketika membahas mengenai tekanan dan gaya berat. Betapa banyak fenomena alam di sekitar kita secara kontekstual bisa menjadi bahan dan sumber belajar yang berhubungan langsung dengan kehidupan nyata. Benda jatuh karena gaya gravitasi bumi merupakan  peristiwa keseharian yang dapat dijadikan bahan menarik dalam pembelajaran. Secara fisik hewan laut (ikan) memiliki bentuk tubuh sepoerti torpedo (stream line).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang amat dekat dengan kehidupan kita. Ia bukan sekadar rumus, namun keajegannya, keteraturan pola, yang kemudian melahirkan rumus-rumus tertentu dalam cara kita mempelajarinya. Alam terus tumbuh dan berkembang sehingga persoalan-persoalan yang mengikuti selalu tumbuh dan kadang menyimpang dari pola umum yang berlangsung. Gejala-gejala anomali setring kali kita anggap menyimpang, namun sebenarnya alam tengah mencari keseimbangan baru.

Campur tangan manusia dalam kehidupan dengan teknologi yang diciptakannya. di satu sisi telah memberikan peningkatan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Namun di sisi lain teknologi yang diciptakan manusia telah memberikan dampak dan perubahan-perubahan yang mengganggu kehidupan manusia. Peningkatan bahan buangan sejenis karbon telah memberikan dampak terhadap terhadap perubahan suhu lingkungan.

Dalam rasional fisika kurikulum merdeka dinyatakan Fisika mengakaji fenomena alam mulai dari skala atomik hingga jagat raya dengan menggunakan nalar ilmiah secara obyektif dan kuantitatif yang terwujud dalam proses pengamatan, pengukuran, perancangan model hubungan antar variabel yang terlibat yang mencewrminakn keteraturan alam, serta penarikan  kesimpulan yang terwujud dalam suatu teori yang valid dan dapat diaplikasikan (Capaian Pembelajaran Fisika Halaman 3).

Isu lingkungan yang cukup menarik dan banyak dibahas antara lain terjadinya pemanasan global di atmosfer bumi. Permasalahan ini banyak dibahas dalam mata pelajaran biologi, fisika dan kimia di SMA. Bidang fisika lebih mengacu kepada perubahan fisis yang terjadi akibat pemanasan global, di antaranya fenomena kenaikan suhu dengan menelusuri penyebab kemungkinan yang terjadi dan akibat yang ditimbulkannya secara fisik.  Proses pembelajaran memberikan pemahaman bagi bagi anak mengenai aneka penyebab dan akibat serta penanggulangan yang harus dilakukan. Kompetenmsi ini sangat menarik untuk dikembangkan secara aplikatif dengan melihat perubahan suhu di ;lingkungan sekitar mencari penyebab dan mengatasinya.

Proses dilakukan dengan mengamati, lingkungan sekitar dan bisa menjadi cerminan terhadap perubahan kondisi lingkungan secara global. Pemanasan global merupakan suatu gejala naiknya suhu, belakangan ini menjadi fenomena yang menyedot perhatian masyarakat. Sehingga materi global warming menjadi salah satu, materi penting dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran gobal warming sangat menarik dilakukan jika melibatkan anak secara langsung untuk mengamati kondisi lingkungan dan hubungannya dengan pemanasan global. Perubahan kecil  suhu di lingkungan sekolah dapat menjadi bahan atau temuan yang menarik untuk berbicara permasalahan secara global.

Pada suatu waktu, saya berkesempatan untuk melihat pembelajaran fisika mengenai global warming. Bu Dinna Yuliatinna, guru Fisika membagi siswa dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok melakukan pengamatan perbedaan suhu antara beberapa tempat (gedung) di lingkungan sekolah. Data tersebut dipergunakan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tertuang dalam  LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Dalam proses pembelajaran, siswa diminta untuk mengukur 14 tempat yang berbeda dalam lingkungan sekolah mulai dari gardu, tempat parkir, laboratorium  komputer. Siswa menggunakan termometer digital mengukur suhu setiap tempat yang ditentukan.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian dianalisa untuk menjawab beberapa permasalahan yang telah tertera dalam Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Siswa membandingkan perbedaan suhu antara tempat yang diamati dengan membandingkan bahan atap yang dipergunakan setiap bangunan. Pencahayaan matahari dan populasi pohon yang ada di sekitar bangunan. Kerja ini sangat menarik karena setiap siswa sibuk untuk mengumpulkan data membandingkan adat yang ada dan mendiskusikan dengan teman sejawat.

            Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan membimbing dalam analisa data, seperti kenapa bangunan dengan atap genteng lebih rendah suhunya dibandingkan dengan atap beton. Melihat posisi matahari terhadap gedung dan suhu gedung, dan hubungan antara keteduhan pohon di sekitar bangunan dengan suhu dalam ruangan. Sebuah diskusi kecil berlangsung antar teman atau antara peserta didik dan guru, merupakan sebuah upaya untuk memberikan pemahaman cara-cara analisa sederhana terhadap data, sehingga diharapkan nantinya peserta didik bisa menghubungkan antar hal dan menjawab permasalahan yang lebih kompleks.

            Dari hasil pengamatan yang dilakukan peserta didik membuat makalah mengenai pemanasan global dan juga membuat poster di atas kertas manila untuk menggambarkan global warming dari apa yang telah mereka pelajari. Yohanes Surya menyampaikan belajar bisa membawa perkembangan anak secara optimal dan berprestasi jika mendapatkan guru yang tepat dan metode yang benar.

            Pembelajaran berpusat kepada murid sangat menguntungkan bagi peserta didik karena mereka terlibat dalam proses dan guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran. Di dalam kurikulum merdeka dinyatakan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran guru mengutamakan  kepentingan murid, murid dan murid. Artinya tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar adalah murid. Karenanya maka proses diversifikasi pembelajaran sangat diperlukan sehingga bisa melayani kebutuhan miurid yang beragam. Proses diversifikasi bisa mengenai konten pembalajaran, proses, produk dan lingkungan belajar, serta asesmen awal.

            Penganekaragaman konten bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan di dalam kelas, tidak monoton dalam menyajikan materi pembelajaran dengan contoh-contoh yang lebih konkret dalam  realitas kehidupan siswa, sehinga siswa merasakan yang dipelajarinya terhubung dengan manfaat kehidupan.

            Proses belajar lebih fleksibel dan berpihak kepada murid. Fleksibelitas dalam menentukan materi-materi esensial yang dibutuhkan siswa sehingga bisa belajar lebih mendalam. Dalam proses belajar tetap mengedepankan murid sebagai subyek, sehingga apa yang disampaikan sesuai dengan kemampuan murid yang ada. Jika pembelajaran hanya ingin  menyamipkan pengetahuan dasar menyebutkan suatiu konjsep mungkin siswa sudah tidak perlu lagi menghafal pemahaman konsep. Peserta didik tidak perlu lagi menghafal, karena dengan miudah mereka bisa membuka mesin google. Namun yang lebih penting     adalah bagaimana mereka mampu menghubungkan antar pengetahaun atau konsep yang ada.

            Produk dan lingkungan belajar merupakan suatu yang khas bagi setiap sekolah atau tempat. Maka, dengan kondisi lingkungan belajar yang berbeda dengan berbagai potensi lokal yang ada merupakan sebuah kekuatan yang memungkinkan membangun karakter peserta didik dengan kondisi lingkungan setempat. Dalam lingkungan belajar yang bebeda, memiliki cara atau proses yang berbeda sehingga menghasilkan aneka produk yang khas sehingga menjadikan setiap sekolah memiliki sesuatu yang unik, berbeda dengan sekolah lainnya. Ini akan menjadi keunggulan dari setiap lembaga pendidikan.

            Pendidikan yang berpihak kepada peserta didik seringkali membuat kita tidak bisa menerimanya. Guru seringkali memiliki ekspektasi tertentu terhadap siswa yang dibimbingnya. Jika lingkungan belajar dan siswa yang kita miliki memiliki tipe kemampuan verbalistik, kita jangan berharap mereka untuk pandai bidang matematik. Disinilah pentingnya guru memahami kondis peserta didik, sehingga bisa masuk dan membimbingnya sesuai dengan tipe kecerdasannya dan mereka bisa berkembang secara optimal. Input tiap sekolah tidak sama, sehingga proses yang berlangsung di dalamnya bisa sangat beragam dan produk yang dihasilkan juga berbeda.

            Anak yang mahir bermain sepakbola, sangat mungkin anak tersebut berhasil hidupnya dan membiayai hidupnya dengan bermain sepak bola. Anak yang pintar menyanyi sangat mungkin bisa profesional dan menggantungkan penghidupannya menjadi penyanyi profesional. Guru perlu memahami tipe macam kecerdasan yang sangat beragam, sehingga siswa yang tidak pintar di bidang matematika, namun pintar di bidang menggambar. Siswa tidak pintar di bidang fisika tetapi sangat berminat dan mampu di bidang sejarah.

            Belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan proses belajar yang tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sekitar. Sehingga pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat menarik disamping tersedianya berbagai fasilitas media audiovisual yang tersedia di dalam berbagai platform. Seringkali dengan kemajuan teknologi informasi dan berbagai media belajar audiovisual lupa terhadap lingkungan sebagai sumber belajar yang autentik.

Maka dalam proses memanfaatkan berbagai potensi yang ada di sekitar lingkungan sekolah, membuka ruang belajar yang lebih luas dan kongkrit sebagai sumber dan media belajar. Lingkungan alam sebagai laboratorium terbuka yang bisa dimanfaatkan peserta didik untuk mempelajari fenomena yang ada di dalamnya. Tidak ada murid yang bodoh, mereka hanya belum menemukan guru yang bagus dan metode yang tepat.

*Penulis adalah guru biologi dan bertugas sebagai pengelola SMAN 1 Omben

Tinggalkan komentar