Dilema, Siswa Kurang Mampu di SMA Negeri 1 Omben

Pendidikan adalah hak setiap anak, tetapi bagi sebagian siswa di SMA Negeri 1 Omben, menempuh pendidikan tidaklah semudah yang dibayangkan. Tantangan mereka bukan hanya sekadar belajar dan menyelesaikan tugas sekolah, tetapi juga bagaimana mereka dapat bertahan hidup. Tidak semua siswa berada dalam kondisi ekonomi yang baik. Beberapa di antaranya harus menghadapi kenyataan bahwa untuk bisa tetap bersekolah, mereka juga harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebagai guru Bimbingan Konseling (BK), saya sering mendapati siswa yang dihadapkan pada pilihan sulit, tetap di sekolah mengikuti pelajaran atau pergi bekerja agar bisa makan esok hari. Beberapa siswa meminta izin meninggalkan sekolah lebih awal, bukan untuk bermain atau bersantai, tetapi untuk bekerja. Ketika ditanya mengapa mereka lebih memilih bekerja daripada belajar, jawaban mereka begitu menyentuh, “Jika kami tidak bekerja, kami tidak punya makanan untuk besok. Jika kami tidak bekerja, kami tidak bisa datang ke sekolah karena tidak ada uang untuk membeli bensin.”
Situasi ini tidak hanya sulit bagi siswa, tetapi juga bagi kami, para guru. Sebagai pendidik, tentu kami ingin memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pendidikan yang layak. Namun, kami juga harus memahami bahwa dalam kondisi tertentu, bertahan hidup menjadi prioritas utama. Tidak mungkin kami selalu memberikan bantuan finansial kepada setiap siswa yang membutuhkan, karena di sekolah ini banyak siswa lain yang menghadapi kondisi serupa.
Perbedaan kondisi ekonomi ini sangat terasa jika dibandingkan dengan siswa di perkotaan. Di kota, kebanyakan siswa dapat fokus pada pendidikan mereka karena orang tua mereka mampu memenuhi kebutuhan sekolah. Namun, di sini, pendidikan sering kali menjadi sesuatu yang harus dikorbankan demi kebutuhan dasar seperti makanan dan transportasi.
Meskipun sekolah telah berusaha semaksimal mungkin untuk meringankan beban siswa, tetap ada kebutuhan pribadi yang harus mereka tanggung sendiri, seperti pakaian, sepatu, atau perlengkapan lainnya. Kami tidak pernah memaksa mereka untuk membeli seragam baru jika memang tidak mampu, tetapi tetap ada standar yang harus dipenuhi agar mereka tetap nyaman dalam lingkungan sekolah.
Realitas ini menuntut adanya solusi konkret. Bagaimana kita bisa memastikan bahwa siswa tetap mendapatkan pendidikan yang efektif dan efisien tanpa harus mengorbankan kebutuhan hidup mereka? Program bantuan pendidikan, beasiswa, serta peluang kerja yang lebih fleksibel bagi siswa dapat menjadi beberapa solusi yang perlu dikembangkan. Sekolah, pemerintah, dan masyarakat harus berkolaborasi agar tidak ada lagi siswa yang harus memilih antara pendidikan dan bertahan hidup.
Sebagai guru BK, saya hanya bisa berusaha memahami, mendukung, dan memberikan solusi terbaik bagi siswa. Namun, lebih dari itu, diperlukan kebijakan dan sistem yang lebih berpihak kepada mereka yang membutuhkan. Pendidikan seharusnya menjadi jalan keluar dari kemiskinan, bukan sekadar impian yang sulit dicapai. pendidikan tetap bisa menjadi jembatan bagi mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis : Moh. Qomaruddin
Guru : SMAN 1 OMBEN

Sara Parker
Kitchen Chronicles
Join me on my journey to a healthier lifestyle